Utang Whoosh ke China Seabrek, Luhut: Sejak Awal Sudah Busuk

Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan.-Instagram/Luhut-
Persetujuan ini menjadi kunci penting untuk menyehatkan kembali keuangan Whoosh.
Restrukturisasi Terlambat Gara-Gara Transisi Pemerintahan
Meski persetujuan dari Tiongkok telah didapatkan, Luhut mengakui proses tindak lanjutnya sempat mengalami keterlambatan.
Menurutnya, transisi atau pergantian pemerintahan menjadi salah satu faktor yang menunda eksekusi restrukturisasi tersebut.
"Tapi kemarin pergantian pemerintah agak terlambat, sehingga sekarang perlu nunggu Keppres, supaya timnya segera berunding, dan sementara China sudah bersedia kok, nggak ada masalah," jelasnya, merujuk pada kebutuhan payung hukum berupa Keputusan Presiden agar tim perunding dapat segera bekerja.
BACA JUGA:Diduga Lecehkan Pesantren, Program Trans7 Xpose Uncensored Resmi Ditutup KPI
Bantah Keras Soal "Jebakan Utang China"
Luhut juga secara tegas membantah pandangan publik yang mengkhawatirkan Whoosh menjadi jebakan utang Tiongkok bagi Indonesia, seperti yang dikaitkan dengan kasus Laut China Selatan atau pengalaman Sri Lanka.
Ia menilai kekhawatiran semacam itu seringkali muncul tanpa didukung oleh data dan fakta yang akurat.
Luhut menekankan bahwa tidak ada masalah yang tak bisa diselesaikan selama pemerintah bekerja sama secara kompak dan berbasis data.
BACA JUGA:Jadi Saksi Kesepakatan Perdamian di KTT Gaza, Presiden Prabowo Serukan Hal Penting Ini!
"Kenapa terus bilang nanti Whoosh akan kita akhiri dengan South China Sea. Apa lagi ini? Kadang-kadang saya nggak ngerti, bicara. Jadi kalau saran saya, kalau kita nggak ngerti datanya, nggak usah komentar dulu. Nanti cari datanya, baru berkomentar," ujar Luhut, menyindir pihak-pihak yang dinilai hanya mencari popularitas murahan.
Luhut mempersilakan pihak mana pun yang ingin mengetahui rincian data dan fakta utuh mengenai proyek Kereta Cepat Whoosh untuk datang langsung kepadanya.
Sumber: