Waspadai Pengeroposan Tulang di Usia Muda, Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya

Waspadai Pengeroposan Tulang di Usia Muda, Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya

--womenpedia.id

ACEH.DISWAY.ID - Pengeroposan tulang atau osteoporosis sering dikaitkan dengan usia lanjut, padahal kondisi ini kini juga banyak dialami oleh kalangan muda. Gaya hidup modern yang serba cepat dan kurang aktivitas fisik menjadi salah satu faktor utama yang memicu penurunan kepadatan tulang lebih awal.

Menurut dr. Anita Sari, spesialis penyakit dalam, pengeroposan tulang di usia muda umumnya terjadi karena kombinasi antara pola makan yang buruk, kurang olahraga, serta kebiasaan yang merusak metabolisme tulang.

“Banyak anak muda sekarang jarang terpapar sinar matahari, malas bergerak, dan lebih memilih makanan cepat saji. Akibatnya, tubuh kekurangan kalsium dan vitamin D yang penting untuk pembentukan tulang,” jelas dr. Anita.

Beberapa penyebab utama pengeroposan tulang di usia muda antara lain:

  • Kurangnya asupan kalsium dan vitamin D, yang penting untuk menjaga kepadatan tulang.

  • Kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol, yang mempercepat hilangnya massa tulang.

  • Kurang olahraga, terutama aktivitas beban seperti jogging atau latihan kekuatan.

  • Konsumsi kafein berlebihan, yang menghambat penyerapan kalsium.

  • Diet ekstrem yang menyebabkan kekurangan nutrisi esensial.

Untuk mencegah pengeroposan tulang sejak dini, dr. Anita menyarankan agar generasi muda lebih peduli terhadap kesehatan tulang dengan menerapkan pola hidup aktif dan seimbang.

“Mulailah rutin berolahraga minimal tiga kali seminggu, konsumsi susu atau makanan kaya kalsium seperti ikan teri, tahu, tempe, dan sayuran hijau. Jangan lupa juga berjemur di pagi hari untuk mendapatkan vitamin D alami,” ujarnya.

Selain itu, pemeriksaan kepadatan tulang secara berkala juga disarankan, terutama bagi mereka yang memiliki riwayat osteoporosis dalam keluarga.

“Pengeroposan tulang tidak langsung terasa, tapi dampaknya bisa fatal ketika terjadi patah tulang di usia muda. Karena itu, pencegahan jauh lebih baik daripada pengobatan,” tutup dr. Anita.

 

 

Sumber: