Bermasalah saat Pimpin IKI, Penunjukan Nurlis sebagai Rektor Tandingan Abulyatama Dinilai Aneh

Bermasalah saat Pimpin IKI, Penunjukan Nurlis sebagai Rektor Tandingan Abulyatama Dinilai Aneh

Bermasalah saat Pimpin IKI, Penunjukan Nurlis sebagai Rektor Tandingan Abulyatama Dinilai Aneh--

ACEH, DISWAY.ID - Dunia pendidikan tinggi kembali diguncang drama internal. Rusli Bintang, tokoh yang selama ini dikenal sebagai pendiri sejumlah perguruan tinggi swasta di Indonesia, dinilai tengah kehilangan akal sehat, setelah menunjuk  NE, mantan rektor Institut Kesehatan Indonesia (IKI) Jakarta, yang sarat kontroversi, sebagai rektor tandingan di Universitas Abulyatama Aceh.

Direktur Mataram Institut, Fadliansyah, saat dihubungi di Jakarta, (16/4/2025), memahami keputusan menunjuk Nurlis menuai gelombang kritik. Pasalnya yang bersangkutan diketahui memiliki catatan buruk selama menjabat di IKI Jakarta.

Berdasar dokumen resmi hasil Evaluasi Kinerja Perguruan Tinggi (EKPT) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, per Januari 2024, kata Fadliansyah, IKI dinyatakan mengalami berbagai persoalan berat, mulai kerancuan legalitas akademik, pelaporan ganda mahasiswa, fasilitas yang terbengkalai, hingga pengelolaan keuangan yang tidak transparan dan menggantung pada Universitas Malahayati di Lampung.

BACA JUGA:

Ditambahkan juga, kepemimpinan Nurlis juga disorot, karena banyak dokumen penting ternyata tidak sah secara hukum, seperti SK dosen tetap tanpa landasan yayasan dan ijazah mahasiswa yang tidak sesuai regulasi nasional. IKI bahkan dinilai berada di ambang kehancuran institusional, akibat manajemen yang buruk.

“Bila IKI bangkrut di tangan dia, Universitas Batam mandek bertahun-tahun, lalu bagaimana mungkin orang yang sama dipercaya memimpin Abulyatama? Ini bukan soal kepemimpinan, ini soal kewarasan dalam mengambil keputusan,” timpal salah satu dosen senior Abulyatama yang menolak disebut namanya.

Fadilansyah juga menilai langkah menunjuk Nurlis sebagai rektor tandingan merupakan upaya memecah belah internal kampus Abulyatama. Sejumlah sumber menilai penunjukan itu dilakukan tanpa proses akademik dan tidak melalui mekanisme resmi senat universitas.

Ada indikasi kuat, tambah dia, keputusan itu sarat kepentingan pribadi dan haus kekuasaan, karena tidak berhasil mengambil paksa universitas Malahayati Lampung pada 7 April 2025 lalu.

Hingga berita ini diturunkan, pihak Yayasan Abulyatama maupun Rusli Bintang belum memberikan pernyataan resmi.

 Namun penolakan terus menguat dari kalangan civitas akademika. Mereka bahkan menggelar unjuk rasa di depan kampus Abulyatama Aceh. Sementara alumni berharap kampus tidak dijadikan objek manuver politik internal.

Sumber: