Percaya Mitos Ini? 5 Kesalahpahaman Terbesar Soal Kesehatan Mental, Beserta Faktanya.
--youtube.com
A PHP Error was encountered
Severity: Warning
Message: array_multisort(): Argument #1 is expected to be an array or a sort flag
Filename: frontend/detail-artikel.php
Line Number: 121
Backtrace:
File: /var/www/html/aceh.disway.id/application/views/frontend/detail-artikel.php
Line: 121
Function: array_multisort
File: /var/www/html/aceh.disway.id/application/controllers/Frontend.php
Line: 359
Function: view
File: /var/www/html/aceh.disway.id/index.php
Line: 317
Function: require_once
ACEH.DISWAY.ID - Kesehatan mental kini jadi topik yang semakin banyak dibicarakan. Namun, di tengah meningkatnya kesadaran, beredar pula berbagai mitos yang justru bisa memperburuk stigma dan menghalangi orang untuk mendapatkan pertolongan. Portal ini merangkum mitos dan fakta seputar kesehatan mental berdasarkan keterangan ahli, untuk memberikan perspektif yang jelas dan berbasis ilmu pengetahuan.
BACA JUGA:Tak Hanya Lucu, Ini 5 Manfaat Positif Memelihara Hewan di Rumah bagi Kesehatan Mental
1. MITOS: "Orang dengan masalah mental itu lemah dan cari perhatian."
FAKTA: Kondisi kesehatan mental bukanlah tanda kelemahan karakter. Psikolog Klinis, Dr. Aulia Putri, M.Psi., menegaskan, “Gangguan mental adalah kondisi medis yang kompleks, seringkali melibatkan faktor genetik, biologis, psikologis, dan lingkungan. Mengatakan mereka lemah sama kelirunya dengan mengatakan penderita diabetes itu kurang disiplin.” Mengakui adanya masalah dan berani mencari bantuan justru butuh kekuatan yang besar.
2. MITOS: "Masalah mental hanya terjadi pada orang dewasa, anak-anak pasti bahagia."
FAKTA: Anak-anak dan remaja sangat rentan mengalami gangguan kejiwaan. Data menunjukkan banyak kondisi, seperti gangguan kecemasan atau depresi, berawal di usia dini. “Anak bisa mengalami depresi dan kecemasan. Gejalanya mungkin berbeda dengan orang dewasa, seperti jadi mudah marah, prestasi turun drastis, atau mengeluh sakit fisik yang tidak jelas penyebabnya,” jelas Dr. Aulia. Mengabaikan tanda ini karena anggapan "masih kecil" dapat menghambat penanganan dini.
3. MITOS: "Kamu tidak butuh terapis, cukup cerita ke teman atau keluarga."
FAKTA: Dukungan sosial dari orang terdekat sangat berharga, tetapi tidak menggantikan peran profesional. “Teman dan keluarga adalah support system yang luar biasa, namun profesional seperti psikolog atau psikiater memiliki kompetensi untuk diagnosis yang tepat dan intervensi berbasis bukti, seperti terapi yang terstruktur,” ujar Dr. Aulia. Membandingkan bantuan profesional dengan sekadar curhat sama seperti membandingkan konsultasi dokter spesialis dengan sekadar minta saran ke tetangga.
4. MITOS: "Gangguan mental tidak bisa disembuhkan, akan selamanya seperti itu."
FAKTA: Kebanyakan gangguan kesehatan mental dapat dikelola dan disembuhkan dengan penanganan yang tepat. “Dengan kombinasi psikoterapi, dukungan sosial, dan jika diperlukan obat-obatan dari psikiater, banyak individu yang pulih dan dapat berfungsi optimal kembali dalam kehidupan mereka. Pemulihan adalah sebuah proses, tetapi sangat mungkin,” tegasnya. Kata kuncinya adalah penanganan yang tepat, bukan dibiarkan atau hanya diharapkan sembuh sendiri.
5. MITOS: "Orang dengan gangguan jiwa itu berbahaya dan tak terkendali."
FAKTA: Stigma ini sangat keliru dan merugikan. Faktanya, mereka dengan masalah mental justru lebih sering menjadi korban kekerasan atau perilaku menyakiti diri sendiri (self-harm). “Proporsi kecil dari beberapa kondisi tertentu mungkin berhubungan dengan peningkatan agresi, namun mayoritas besar tidak berbahaya. Stereotip ini justru mengisolasi mereka yang sedang berjuang,” pungkas Dr. Aulia.
BACA JUGA:Tren Gaya Hidup Sehat Meluas, Kesehatan Mental Jadi Sorotan Utama
Memisahkan mitos dari fakta adalah langkah pertama untuk menciptakan lingkungan yang lebih supportive bagi kesehatan mental. Edukasi yang tepat dapat mengurangi stigma, mendorong orang untuk tidak ragu mencari bantuan, dan pada akhirnya menyelamatkan banyak jiwa.
Sumber: